“SOSOK PEMIMPIN YANG
DIRINDUKAN UMMAT”
Oleh : Ai Susi Nurhopipah, Pendidikan Bahasa Arab 2012.
Abu Hurairah r.a: berkata:
Rasulullah saw bersabda: “Ada tujuh macam orang yang akan bernaung di bawah
naungan Allah, pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya:
Imam(pemimpin) yang adil. Pemuda yang rajin
ibadah kepada Allah. Orang yang hatinya selalu gandrung kepada masjid. Dua
orang yang saling kasih sayang karena Allah, baik waktu berkumpul atau
berpisah. Laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik, maka
menolak dengan berkata: ‘saya takut kepada Allah.’ Orang yang sedekah dengan
sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan
oleh tangan kanannya. Dan orang yang berdzikir ingat pada Allah ketika sendirian
hingga mencucurkan air matanya. (HR. Bukhary dan Muslim)
Hai, sobat, bagaimana kabarnya hari ini?
(Jawabnya harus seperti ini ya) “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar...!”
Duh, semangatnya sobat-sobat kita hari ini.
Oke sobat yang luar bisa, sebagaimana telah
kiata ketahui bersama, hari ini kita akan ngebahas mengenai pemimpin.
Ngomong-ngomong soal pemimpin-nih, apasih yang terlintas dibenak sobat? Apakah
itu mengingatkan sobat pada sesosok pemimpin yang luar bisa seperti Rasulullah,
Abu Bakar, Umar bin Kahatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib ataupun yang
lainya. Atau jangan-jangan malah terlintas sosok-sosok pemimpin yang dzalim
seperti Fira’un dan Hitler. Baiklah itu tak masalah kok sobat, semuanya sah-sah
saja.
Sobatku yang baik. Kita yang notabene ummat
muslim ini, pasti merindukan sekali sesosok pemimpin yang luar biasa seperti
Rasulullah-kan. Tak dapat dipungkiri, hati ini miris sekali melihat kekacauan
yang terjadi disebabkan salah satunya oleh kepemimpinan yang jauh dari Al-Qu’an
dan Sunnah Rasul.
Sobat, tiba-tiba pikiran ini terlitas sesosok
pemimpin yang adil yang berhasil dalam kepeminpinannya walaupun dalam kurun waktu
yang sesingkat-singkatnya, dua setengah tahun. Tahukah sobat siapakah dia?
(Tahu dong, pasti tahulah.) Ya, dia adalah “Umar bin Abdul Aziz,” cicit Umar
bin Khatab.
Kalau sobat ada yang belum tahu, yu ana
ceritakan sedikit tentang beliau. Namanya Umar bin Abdul Aziz, beliau adalah
khalifah ke-8 dari Bani Umayyah. Ibunya bernama Laila yang merupakan keturunan
dari Zainab dan Asyim. Asyim sendiri adalah salah satu putra Umar bin Khatab
(Kalifah ke-3). Sobat tahu cerita tentang seorang wanita yang sangat takut pada
Allah? Saat itu Umar bin Khatab sedang berkeliling seperti biasa memeriksa
rakyatnya. Setelah berjalan lumayan jauh, Umar merasa kelelahan dan ia mencoba istirahat
didepan sebuah pintu. Tiba-tiba Umar mendengar percakapan dua orang wanita.
Wanita pertama menyuruh wanita kedua untuk menuangkan air kedalam susu, tapi
wanita kedua menolaknya karena Umar melarang hal itu. Itu tandanya mereka
berbuat akan berbuat curang dalam perdagaangan. Wanita pertama mengatakan bahwa
Umar tidak akan melihat mereka. Lagi pula hari sudah malam, Umar pasti sudah
tidur dirumahnya. Wanita kedua tetap menolak, ia berkata kira-kira seperti ini.
“Umar memang tidak akan melihat mereka, tapi Tuahnya Umar Maha melihat semua
perbuatan hambanya.”
Umar terkejut sekaligus tersenyum bahagia. Ia
menyuruh khadimnya yang waktu itu ikut denganya untuk menandai pintu itu. Singkat cerita Umar menikahkan anaknya yang
bernama Asyim dengan wanita yang takut pada Allah itu. Sobat tahu siapa wanita
yang takut pada Allah itu? Ya, ia tak lain adalah Zainab, neneknya Umar bin
Abdul Aziz. Jadi Umar bin Abdul Aziz adalah keturun orang-orang hebat dan
mulia.
Umar bin Abdul Aziz hafal Al-Qur’an sejak usia
sekitar 4 tahun. Beliau dikirim ke
Madinah sekitar umur 3 tahun. Shalih ibnu Kaisar adalah tabi’in yang mentarbiahnya.
Ada kisah menarik dari Salamah bin Dinar,
seorang alim di Madinah, qadhi, dan syaikh penduduk Madinah. Cerita singkatnya
seperti ini, Salamah menemui Khalifah setelah sekian lama tidak berjumpa.
Salamah heran, ia hampir tidak mengenali sosok khalifah. Fisiknya sungguh
memprihatinkan sekali. Tubuhnya begitu kurus dan kering, kulit kasar, wajah
pucat, dan bening matanya meredup, beda sekali dibandingkan dulu ketika Umar
masih menjabat sebagai Gubernur Madinah.
Salamah berkata : “Apa yang menyebabkan Anda
berubah wahai khalifah, padahal Anda telah menguasai emas dan perak dan Anda
telah diangkat menjadi amirul mukminin?”
Umar tiba-tiba menangis, ia menjawab. “Bagaimana
halnya jika engkau melihatku setelah tiga hari aku di dalam kubur, mungkin
kedua mataku telah melorot di pipiku.. perutku telah terburai isinya… ulat-ulat
tanah menggerogoti sekujur badanku dengan lahapnya. Sungguh jika engkau
melihatku ketika itu wahai Abu Hazim, tentulah lebih tak mengenaliku lagi dari
hari ini. Ingatkah Anda tentang suatu hadis yang pernah Anda bacakan kepadaku
sewaktu di Madinah wahai Abu Hazim?”
Salamah lupa karena begitu banyaknya hadis
yang diriwayatkannya. Umar mengingatkan bahwa hadis itu adalah dari Abu
Hurairah.
Salam mengingatnya. Dengan segera ia mebacakan
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah itu. “Saya telah mendengar Abu
Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya di hadapan kalian
terhampar rintangan yang terjal, sangat berbahaya, tidak ada yang mampu
melewatinya dengan selamat melainkan orang yang kuat.”
Umar menangis kembali dengan tangisan yang
sangat memilukan sehingga Salamah takut hati beliau pecah. Umar berkata,
“Apakah Anda sudi menegurku wahai Abu Hazim bila aku berleha-leha dalam mendaki
rintangan yang terjal tersebut sehingga aku berhasil menempuhnya? Karena aku
khawatir jika aku tidak berhasil.”
Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang sanngat
mengingat mati. Ketika ia jadi khalifah, hak rakyatnya selalu ia tunaikan
dengan baik. Seperti cerita ketika ia menerima seorang tamu. Khalifah bertanya
terlebih dahulu, apakah keperluan tamunya itu menyangkut rakyanya atau hanya
keperluan pribadi. Ketika tamu itu mengatakan keperluanya hanya untuk
pribadinya maka khalifah langsung mematikan lampu yang tadi ia pakai untuk
menulis keperluan rakyatnya. Karena tidak pantas seorang khalifah menggunakan
fasilitas rakyatnya hanya untuk kepentingan pribadi.
Salah satu faktor keberhasilan yang dicapai
Umar bin Abdul Aziz adalah karena ia beniat tulus dan berusaha mengikuti jejak
para pendahulunya; khulafaur rasyidin. Selalu meminta nasihat, saran dan
teguran dari para ulama Rabbani dan zuhud yang hidup di masanya. Menyingkirkan
para pejabat yang bermental mendua, suka berbasa basi dan cari perhatian.
Bersikap tegas dalam menegakan hukum dan sekuat tenaga berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan Sunnah dalam menjalankan roda pemerintahannya.
Sobat, setelah kita membicarakan sesosok
pemimpin hebat bernama Umar bin Abdul Aziz tadi, yu kita sama-sama berusaha dan
berdo’a, mudah-mudahan penerus pemimpin bangsa ini benar-benar layak untuk
menjadi seorang pemimpin yang adil dan takut pada Allah, zuhud dalam kehidupan
dan mengayomi masyarakat yang dipimpinnya. (Aamiin!)
Saya teringat pada pelajaran fikih di Madrasah
Aliah dulu. Disana ada pembahasan mengenai syarat-syarat menjadi seorang
khalifah atau pemimpin. Diantarnya:
1. Beragama
ialam, taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
2. Mengerti
hukum syariat dengan baik.
3. Berakhlak
mulia, adil, jujur dan bertanggung jawab.
4. Cerdas
dan berpengetahuan luas baik dibidang politik, sosial, ekonomi maupun soal-soal
keagamaan.
5. Teguh
pendirian dalam menjalankan pemerintahan, membangun bangsa, serta mengembangkan
kehidupan beragama.
6. Tidak
cacat secara fisik.
7. Dipilih
oleh rakyat.
Jadi sobat, ingatlah menjadi
seorang pemimpin itu tidak mudah. Akan banyak rintangan dan cobaanya. Tapi
ketika dapat menunaikan amah itu dengan baik, niscaya Allah membalasnya dengan
balasan yang sangat baik seperti dalam hadits diatas tadi. “Mendapatkan naungan
Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan, kecuali naungn-Nya.” Wallahua’lambishawab...