Cahyadi

Berbagi ilmu adalah kewajiban, marilah berbagi ilmu..

Minggu, 10 Maret 2013

Pemimpin



“SOSOK PEMIMPIN YANG DIRINDUKAN UMMAT”

Oleh : Ai Susi Nurhopipah, Pendidikan Bahasa Arab 2012.


Abu Hurairah r.a: berkata: Rasulullah saw bersabda: “Ada tujuh macam orang yang akan bernaung di bawah naungan Allah, pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya:
Imam(pemimpin) yang adil. Pemuda yang rajin ibadah kepada Allah. Orang yang hatinya selalu gandrung kepada masjid. Dua orang yang saling kasih sayang karena Allah, baik waktu berkumpul atau berpisah. Laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik, maka menolak dengan berkata: ‘saya takut kepada Allah.’ Orang yang sedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Dan orang yang berdzikir ingat pada Allah ketika sendirian hingga mencucurkan air matanya. (HR. Bukhary dan Muslim)
Hai, sobat, bagaimana kabarnya hari ini? (Jawabnya harus seperti ini ya) “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar...!” Duh, semangatnya sobat-sobat kita hari ini.
Oke sobat yang luar bisa, sebagaimana telah kiata ketahui bersama, hari ini kita akan ngebahas mengenai pemimpin. Ngomong-ngomong soal pemimpin-nih, apasih yang terlintas dibenak sobat? Apakah itu mengingatkan sobat pada sesosok pemimpin yang luar bisa seperti Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Kahatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib ataupun yang lainya. Atau jangan-jangan malah terlintas sosok-sosok pemimpin yang dzalim seperti Fira’un dan Hitler. Baiklah itu tak masalah kok sobat, semuanya sah-sah saja.
Sobatku yang baik. Kita yang notabene ummat muslim ini, pasti merindukan sekali sesosok pemimpin yang luar biasa seperti Rasulullah-kan. Tak dapat dipungkiri, hati ini miris sekali melihat kekacauan yang terjadi disebabkan salah satunya oleh kepemimpinan yang jauh dari Al-Qu’an dan Sunnah Rasul.  
Sobat, tiba-tiba pikiran ini terlitas sesosok pemimpin yang adil yang berhasil dalam kepeminpinannya walaupun dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya, dua setengah tahun. Tahukah sobat siapakah dia? (Tahu dong, pasti tahulah.) Ya, dia adalah “Umar bin Abdul Aziz,” cicit Umar bin Khatab.
Kalau sobat ada yang belum tahu, yu ana ceritakan sedikit tentang beliau. Namanya Umar bin Abdul Aziz, beliau adalah khalifah ke-8 dari Bani Umayyah. Ibunya bernama Laila yang merupakan keturunan dari Zainab dan Asyim. Asyim sendiri adalah salah satu putra Umar bin Khatab (Kalifah ke-3). Sobat tahu cerita tentang seorang wanita yang sangat takut pada Allah? Saat itu Umar bin Khatab sedang berkeliling seperti biasa memeriksa rakyatnya. Setelah berjalan lumayan jauh, Umar merasa kelelahan dan ia mencoba istirahat didepan sebuah pintu. Tiba-tiba Umar mendengar percakapan dua orang wanita. Wanita pertama menyuruh wanita kedua untuk menuangkan air kedalam susu, tapi wanita kedua menolaknya karena Umar melarang hal itu. Itu tandanya mereka berbuat akan berbuat curang dalam perdagaangan. Wanita pertama mengatakan bahwa Umar tidak akan melihat mereka. Lagi pula hari sudah malam, Umar pasti sudah tidur dirumahnya. Wanita kedua tetap menolak, ia berkata kira-kira seperti ini. “Umar memang tidak akan melihat mereka, tapi Tuahnya Umar Maha melihat semua perbuatan hambanya.”
Umar terkejut sekaligus tersenyum bahagia. Ia menyuruh khadimnya yang waktu itu ikut denganya untuk menandai pintu itu.  Singkat cerita Umar menikahkan anaknya yang bernama Asyim dengan wanita yang takut pada Allah itu. Sobat tahu siapa wanita yang takut pada Allah itu? Ya, ia tak lain adalah Zainab, neneknya Umar bin Abdul Aziz. Jadi Umar bin Abdul Aziz adalah keturun orang-orang hebat dan mulia.
Umar bin Abdul Aziz hafal Al-Qur’an sejak usia sekitar 4 tahun. Beliau  dikirim ke Madinah sekitar umur 3 tahun. Shalih ibnu Kaisar adalah tabi’in yang mentarbiahnya.
Ada kisah menarik dari Salamah bin Dinar, seorang alim di Madinah, qadhi, dan syaikh penduduk Madinah. Cerita singkatnya seperti ini, Salamah menemui Khalifah setelah sekian lama tidak berjumpa. Salamah heran, ia hampir tidak mengenali sosok khalifah. Fisiknya sungguh memprihatinkan sekali. Tubuhnya begitu kurus dan kering, kulit kasar, wajah pucat, dan bening matanya meredup, beda sekali dibandingkan dulu ketika Umar masih menjabat sebagai Gubernur Madinah.
Salamah berkata : “Apa yang menyebabkan Anda berubah wahai khalifah, padahal Anda telah menguasai emas dan perak dan Anda telah diangkat menjadi amirul mukminin?”
Umar  tiba-tiba menangis, ia menjawab. “Bagaimana halnya jika engkau melihatku setelah tiga hari aku di dalam kubur, mungkin kedua mataku telah melorot di pipiku.. perutku telah terburai isinya… ulat-ulat tanah menggerogoti sekujur badanku dengan lahapnya. Sungguh jika engkau melihatku ketika itu wahai Abu Hazim, tentulah lebih tak mengenaliku lagi dari hari ini. Ingatkah Anda tentang suatu hadis yang pernah Anda bacakan kepadaku sewaktu di Madinah wahai Abu Hazim?”
Salamah lupa karena begitu banyaknya hadis yang diriwayatkannya. Umar mengingatkan bahwa hadis itu adalah dari Abu Hurairah.
Salam mengingatnya. Dengan segera ia mebacakan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah itu. “Saya telah mendengar Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya di hadapan kalian terhampar rintangan yang terjal, sangat berbahaya, tidak ada yang mampu melewatinya dengan selamat melainkan orang yang kuat.”
Umar menangis kembali dengan tangisan yang sangat memilukan sehingga Salamah takut hati beliau pecah. Umar berkata, “Apakah Anda sudi menegurku wahai Abu Hazim bila aku berleha-leha dalam mendaki rintangan yang terjal tersebut sehingga aku berhasil menempuhnya? Karena aku khawatir jika aku tidak berhasil.”
Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang sanngat mengingat mati. Ketika ia jadi khalifah, hak rakyatnya selalu ia tunaikan dengan baik. Seperti cerita ketika ia menerima seorang tamu. Khalifah bertanya terlebih dahulu, apakah keperluan tamunya itu menyangkut rakyanya atau hanya keperluan pribadi. Ketika tamu itu mengatakan keperluanya hanya untuk pribadinya maka khalifah langsung mematikan lampu yang tadi ia pakai untuk menulis keperluan rakyatnya. Karena tidak pantas seorang khalifah menggunakan fasilitas rakyatnya hanya untuk kepentingan pribadi.
Salah satu faktor keberhasilan yang dicapai Umar bin Abdul Aziz adalah karena ia beniat tulus dan berusaha mengikuti jejak para pendahulunya; khulafaur rasyidin. Selalu meminta nasihat, saran dan teguran dari para ulama Rabbani dan zuhud yang hidup di masanya. Menyingkirkan para pejabat yang bermental mendua, suka berbasa basi dan cari perhatian. Bersikap tegas dalam menegakan hukum dan sekuat tenaga berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam menjalankan roda pemerintahannya.
Sobat, setelah kita membicarakan sesosok pemimpin hebat bernama Umar bin Abdul Aziz tadi, yu kita sama-sama berusaha dan berdo’a, mudah-mudahan penerus pemimpin bangsa ini benar-benar layak untuk menjadi seorang pemimpin yang adil dan takut pada Allah, zuhud dalam kehidupan dan mengayomi masyarakat yang dipimpinnya. (Aamiin!)
Saya teringat pada pelajaran fikih di Madrasah Aliah dulu. Disana ada pembahasan mengenai syarat-syarat menjadi seorang khalifah atau pemimpin. Diantarnya:
1.    Beragama ialam, taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
2.   Mengerti hukum syariat dengan baik.
3.    Berakhlak mulia, adil, jujur dan bertanggung jawab.
4.   Cerdas dan berpengetahuan luas baik dibidang politik, sosial, ekonomi maupun soal-soal keagamaan.
5.    Teguh pendirian dalam menjalankan pemerintahan, membangun bangsa, serta mengembangkan kehidupan beragama.
6.    Tidak cacat secara fisik.
7.    Dipilih oleh rakyat.
Jadi sobat, ingatlah menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah. Akan banyak rintangan dan cobaanya. Tapi ketika dapat menunaikan amah itu dengan baik, niscaya Allah membalasnya dengan balasan yang sangat baik seperti dalam hadits diatas tadi. “Mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan, kecuali naungn-Nya.”  Wallahua’lambishawab...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar