Cahyadi

Berbagi ilmu adalah kewajiban, marilah berbagi ilmu..

Sabtu, 23 Februari 2013

Makalah : Bani Abbasyiah




BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Islam adalah ajaran agama yang benar, yang bersumber dari Allah swt. Agama ini adalah agama yang rahmatan lil’alamin, rahman bagi seluruh alam, dibawa oleh Nabi yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi Muhammad saw. Sejak zaman Nabi sampai sekarang islam telah menyebar ke seleluruh penjuru dunia. Islam mengalami beberapa masa. Diantaranya: kejayaan, kemunduran dan berkembang kembali.
Pada masa-masa itu, Islam mengalami beberapa periode, diantaranya: periode Nabi, periode para sahabat (Khulafaurrasidin), periode Bani Ummayah dan periode Bani Abbasiyah. Mengenai periode-periode tersebut, tidak sedikit ummat islamyang  berpengetahuan sedikit tentang hal itu. Mereka belum mengetahui dengan jelas apa saja perbedaanya dan bagaimana sistem-sistem didalamnya.Apalagi periode yang terakhir yaitu periode Bani Abbasiyah.
            Maka dari itu, makalah tsaqafah arabiah dengan judul “Bani Abbasiyah” ini dibuat dengan tujuan untuk memberi pengetahuan dan pemahaman, khususnya perkembangan islam masa Bani Abbasiyah.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diats dapat dirumuskan beberapa masalah, diantarnya.
1.      Bagaimana latar belakang pembangunan Daulah  Bani Abbasiyah?
2.      Daerah mana sajakah yang termasuk dari perkembangan masa Daulah Bani Abasiyah?
3.      Bagaimana bentuk peradaban masa Daulah Bani Abasiyah?
4.      Apa saja penyebab kemunduran periode Bani Abbasiyah?

C.    TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dibuatnya makalah ini, diantaranya.
1.      Mengetahui latar belakang pembangaunan masa Daulah Dinasti Bani Abbasiyah.
2.      Mengetahui daerah mana sajakah yang termasuk bagian dari perkembangan Daulah Bani Abbasiyah.
3.      Mengetahui bentuk peradaban Daulah Bani Abbasiyah.
4.      Mengetahui penyebab kemunduran periode Bani Abbasiyah.

D.    METODE PENELITIAN
Makalah ini dibuat dengan meenggunakan metode literatur atau kajian pustaka yaitu dengan cara mencari referensi dari buku-buku yang merujuk pada judul yang penulis bahas.










BAB II
ISI

A.    PENDESKRIPSIAN MASALAH
DAULAH BANI ABBASIYAH


1.      Pembangunan Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgasana khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad. (Tristiono:2009)

Tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah menurut Umam (1995:39) adalah; Abul Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, Ibrahim Al-Imam dan Abu Muslim Al-Khurasani. Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak 37 orang.Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim, islam mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258M.
Berdasarkan data yang diambil dari Wikipedia bahasa Indonesia-Terjemahan bebas (2012) kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah sebagai berikut.
             750 - Abu al-Abbas al-Saffah menjadi Khalifah pertama Bani Abbasiyah.
            752 - Bermulanya Kekhalifahan Bani Abbasiyah.
            755 - Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim.
            756 - Abd ar-Rahman I mendirikan kerajaan Bani Umayyah di Spanyol.
            763 - Pembangunan kota Bagdad. Kekalahan tentara Abbasiyyah di Spanyol.
            786 - Harun ar-Rasyid menjadi Khalifah.
            792 - Serangan ke utara Perancis.
            800 - Kaidah keilmuan mulai terbentuk. Aljabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.
            805 - Kampanye melawan Byzantium. Merebut Pulau Rhodes dan Siprus.
            809 - wafatnya Harun ar-Rasyid. al-Amin dilantik menjadi khalifah.
            814 - Perang saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun. al-Amin terbunuh dan al-Ma'mun menjadi khalifah.
            1000 - Masjid Besar Cordoba dibangun.
            1005 - Multan dan Ghur ditawan.
            1055 - Baghdad dikuasai oleh tentara Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyah-Seljuk dimulai sampai sekitar tahun 1258 ketika tentara Mongol menghancurkan Baghdad.
            1071 - Peristiwa Manzikert. Sulthan Alp Arselan beserta pasukannya yang hanya berjumlah 15.000 tentara berhasil mengalahkan gabungan tentara salib yang dipimpim oleh Kaisar Romanus IV yang berjumlah 200.000 tentara.
1072 - Sulthan Alp Arselan berhasil menguasai Asia Tengah (Anatolia). dan meneruskan kepungannya terhadap kerajaan Byzantium.
            1085 - Tentara Kristen menawan Toledo, Spanyol.
            1091 - Bangsa Norman merebut Sisilia, pemerintahan Muslim di sanaberakhir.
            1095 - Perang Salib pertama dimulai.
            1099 - Tentara Salib merebut Baitulmuqaddis.Mereka membunuh semua penduduknya.
            1144 - Nur al-Din merebut Edessa dari tentara Salib. Perang Salib Kedua dimulai.
            1187 - Salahuddin Al-Ayubbi merebut Baitulmuqaddis dari tentara Salib.Perang Salib Ketiga dimulai.
            1194 - Tentara Muslim merebut Delhi, India.
            1236 - Tentara Salib merebut Cordoba, Spanyol.
            1258 - Tentara Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad.Ribuan penduduk terbunuh. Kejatuhan Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah di Baghdad.

2.      Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah (Tristiono:2009) merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah, diantaranya.
a. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corakperadaban yang dihasilkan pada dinasti ini.
b. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas sampai ke Turki, Cina dan juga India. (Muradi, 2003:51)


3.      Bentuk-Bentuk Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
Menurut Muradi (2003:58)
“Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada zaman ini, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiyah pada zaman ini terbagi di dalam tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.”
Setelah tercapai kemenangan di medan perang, (Syalabi, 2000:186) tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bergiat di lapangan masing-masing. Dengan demikian, muncullah pada zaman itu sekelompok penyair-penyair handalan, filosof-filosof, ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab.
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut :
a. Kota-Kota Pusat Peradaban
Di antara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah (Muradi, 2003:58) adalah Baghdad dan Samarra. Bahgdad merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak + 60 km dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain.
b. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), (Umam, 1995: 82) kekuasaan kholifah sebagai kepala negara sangat terasa sekali dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan negara.Sedangkan masa Abbasiyah II (847-946 M) kekuasaan kholifah sedikit menurun, sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan negara.Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah menjadi boneka saja, karena para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh.Dengan demikian, pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.Dalam pembagian wilayah (propinsi), pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya bergelar Amir/ Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ;Imaraat Al-Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaarat Al-Istilau.Kepala wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/ al-Qura dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh.Selain hal tersebut di atas, Dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang kuat di bawah panglima, sehingga kholifah tidak turun langsung dalam menangani tentara.Kholifah juga membentuk Baitul Mal/ Departemen Keuangan untuk mengatur keuangan negara khususnya.Di samping itu juga kholifah membentuk badan peradilan, guna membantu kholifah dalam urusan hukum.
c. Bangunan Tempat Pendidikan dan Peribadatan
Di antara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang terkenal saat itu adalah Madrasah Nizamiyah, yang didirikan di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana menteri pada tahun 456 – 486 H. Selain madrasah, terdapat juga Kuttab, sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah, Majlis Muhadhoroh sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan.Di samping itu, terdapat juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti mesjid.Mesjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus.Di antara mesjid-mesjid tersebut adalah mesjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan lain sebagainya.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan (Muradi, 2003:59) pada masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu ‘aqli.Ilmu naqli terdiri dari Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Bahasa. Adapaun ilmu ‘aqli seperti : Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan, Ilmu Kimia, Ilmu Pasti, Logika, Filsafat dan Geografi.Berdasarkan data yang diamabil dari Wikipedia bahasa Indonesia-terjemahan bebas (2012) dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.Selain itu, dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan dan Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M).Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi.Pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat.Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional.Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan. (2012:Wikipedia)
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah.Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol Dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.
1.              Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
2.              Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
3.              Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas.Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri.Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya di awal islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
a.       Maktab/Kuttab dan mesjid, yaitu lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan, dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqih dan bahasa.
b.      Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di mesjid-mesjid atau di rumah-rumah ulama yang bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke rumah.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak  juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam.Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan.Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra.Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi.Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b. Gerakan terjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid.Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq.Fase kedua mulai berlangsung pada masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran.Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas dan bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama.Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat.Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat.Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas.Akan tetapi, jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqih terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, madzhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits.Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid.Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh madzhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibnu Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan pendapat akal semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan ajaran Islam dari kebudayaan serta adat istiadat orang-orang non-Arab. Disamping empat pendiri madzhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
Aliran-aliran sesat yang sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun ada.Akan tetapi, perkembangan pemikirannya masih terbatas.Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah.Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam.Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar adalah Abu al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M).Asy'ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani.Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas.Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits bekerja.Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles.Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak.Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina.Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia.Di antara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles.Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di antaranya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan.Salah satu inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak di antara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim.Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa.Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa.Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy.Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya.Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu.Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan.Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini berakhir, peradaban Islam juga mengalami masa kemunduran. Wallahul Musta’an.



4.         Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah
Kehancuran Dinasti Abbasiyah (Tristiono:2009) tidak terjadi dengan cara spontanitas, melainkan melalui proses yang panjang yang diawali oleh berbagai pemeberontakan dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan kholifah Abbasiyah. Disamping itu juga, kelemahan kedudukan kekholifahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, disebabkan oleh luasnya wilayah kekuasaan yang kurang terkendali, sehingga menimbulkan disintegrasi wilayah.Di antara kelemahan yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Mayoritas Kholifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya dan cenderung hidup mewah.
b. Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
c. Ketergantungan kepada tentara bayaran.
d. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagi bangsa Arab murni.
e. Permusuhan antara kelompok suku dan agama.
f. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
g. Penyerbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad


B. PEMBAHASAN
1.      Pembangunan Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgasana khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad. (Tristiono:2009)
Tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah menurut Umam (1995:39) adalah; Abul Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, Ibrahim Al-Imam dan Abu Muslim Al-Khurasani. Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak 37 orang.Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim, islam mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258M.
Menurut kami Dinasti Bani Abbasyiah ini adalah Dinasti yang paling berjasa diantara dua dinasti yaitu Dinasti Bani Ummayah dan Abbasyiah dikarenakan Dinasti ini adalah Dinasti yang paling lama memnduduki singgasana kekhilafahan Islamiah dan yang paling banyak juga sumbangan-sumbangannya terhadap kemajuan agama Islam baik dari segi ilmu pengetahuan maupun perluasan wilayah. Contohnya adalah ketika kekhilafahan Ar-Rasyid. Khalifah ini sangat berperan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan sehingga pada masa itu lahirlah parailmuan-ilmuan muslim yang jumlahnya banyak sekali. Pada Dinasti ini juga mengalami zaman keemasan paling lama yaitu sekitar seratus tahuanan yang dimulai padamasa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah (132 – 232 H / 749 – 879 M).

2.      Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah (Tristiono:2009) merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah, diantaranya.
a. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang dihasilkan pada dinasti ini.
b. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas sampai ke Turki, Cina dan juga India. (Muradi, 2003:51)
Menurut kami perbedaan antara Bani Ummayah dan Bani Abbasyiah itu sudah jelasa sekali seperti yang dikatakan Tristiono diatas tadi. Kami juga sangat setuju kenapa dalam Bani Abbasyiah ini tidak berorientasi kepada Arab murni dikarnakan pada masa itu agama Islam telah menyebar luas ke bebagai Negara sehingga banyak sekali yang mempengaruhi kepada pemerintahan Bani Abbasyiah ini.

3.       Bentuk-Bentuk Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
Menurut Muradi (2003:58)
“Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada zaman ini, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiah pada zaman ini terbagi di dalam tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.”
Setelah tercapai kemenangan di medan perang, (Syalabi, 2000:186) tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bergiat di lapangan masing-masing. Dengan demikian, muncullah pada zaman itu sekelompok penyair-penyair andalan, filosof-filosof, ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab.
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut :
a. Kota-Kota Pusat Peradaban
Di antara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah (Muradi, 2003:58) adalah Baghdad dan Samarra. Bahgdad merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak + 60 km dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain.
b. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), (Umam, 1995: 82) kekuasaan kholifah sebagai kepala negara sangat terasa sekali dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan negara.Sedangkan masa Abbasiyah II (847-946 M) kekuasaan kholifah sedikit menurun, sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan negara.Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah menjadi boneka saja, karena para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh.Dengan demikian, pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.Dalam pembagian wilayah (propinsi), pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya bergelar Amir/ Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ;Imaraat Al-Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaarat Al-Istilau.Kepala wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/ al-Qura dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh.Selain hal tersebut di atas, Dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang kuat di bawah panglima, sehingga kholifah tidak turun langsung dalam menangani tentara.Kholifah juga membentuk Baitul Mal/ Departemen Keuangan untuk mengatur keuangan negara khususnya.Di samping itu juga kholifah membentuk badan peradilan, guna membantu kholifah dalam urusan hukum.
c. Bangunan Tempat Pendidikan dan Peribadatan
Menurut Muradi (2003:59)
“Di antara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang terkenal saat itu adalah Madrasah Nizamiyah, yang didirikan di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana menteri pada tahun 456 – 486 H. Selain madrasah, terdapat juga Kuttab, sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah, Majlis Muhadhoroh sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan. Di samping itu, terdapat juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti mesjid.Mesjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus.Di antara mesjid-mesjid tersebut adalah mesjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan lain sebagainya.”
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Menurut Umam (1995:96)
“Ilmu pengetahuan pada masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu ‘aqli. Ilmu naqli terdiri dari Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Bahasa. Adapaun ilmu ‘aqli seperti : Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan, Ilmu Kimia, Ilmu Pasti, Logika, Filsafat dan Geografi.”
Berdasarkan data yang diamabil dari Wikipedia bahasa Indonesia-terjemahan bebas (2012) dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.Selain itu, dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan dan Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M).Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi.Pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat.Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional.Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
Menurut kami ummat Islam itu harus dan penting sekali belajar sejarah perkembangan Islam dulu, karna sangat disayangkan sekali jika seseorang mengaku Islam tapi justru tidak mengetahui dan tidak mau belajar dari sejarah Islam sendiri.Islam pernah mengalami masa keemasan yang sangat lama sekali. Ketika di Negara-negara lain masih gelap gulita dengan kejahiliahannya justru pada masa itu ummat Islam terang benderang dengan kemajuanya disegala bidang. Banyak sekali bukti-bukti yang menunjukan bahwa orang-orang barat yang sekarang dikatakan maju justru mencontek dan mencuri hasil karya orang Islam dulu. Contohnya, yang pernah kami baca dalam bukukarangan Salim A. Fillah yang berjudul Gue Never Die kebanyakan kita mengetahui bahwa orang yang pertama kali mengemukakakn ‘manusia dalam penerbangan’ adalah Roger Bacon, filsuf Inggris yang menggambar peralatan terbang pada abad VIII. Leonardo Da Vinci, seorang Italian, kemudian mengkonsep alat transportasi udara dan menggambar beberapa prototype ‘mesin terbang’. Padahal yang sebenarnya mengenai hal ini adalah banwa Ibnu Firnas lah, seorang mislim Andalusia (Spanyol) yang telah mendesain, mengkonstruksi, dan menguji mesin terbang pada tahun 800 M. Roger Bacon belajar dari karya Ibnu Firnas tentang mendesain mesin terbangan  yang berbahasa Arab. Bacon menggambar mesinya 500 tahun setelah wafatnya Ibnu Firnas, dan Da Vinci menggambar ‘heli bertenaga manusia’ 700 tahun kemudian. Contoh yang kedua, kebanyakan kita mengetahui bahwa studi Sir Isaac Newton, tentang lensa, cahaya, dan prisma pada abad XVII, adalah pondasi bagi ilmu optika modern, padahal yang sebenarnya pada abad XI, Ibnu Haitsam telah merumusakan semua hal yang diselidiki Newton. Fisikawan muslim ini telah mendobrak pandangan lama dari Aristoteles bahwa kita bisa melihat karena ada cahaya yang keluar dari mata kita.
Selain kedua contoh diatas banyak lagi contoh yang lain yang tidak dapat kami tulis semua dalam makalah ini. Mudah-mudahan dengan kedua contoh tersebut sudah terwakili bahwa ummat Islam itu pernah Berjaya dan mempunyai peradaban yang sangat tinggi. Dan sekarang ketika  ummat Islam mengalami keterbelakangan harus belajar kepada sejarah, harus juaga mencontoh metode-metode ummat Islam zaman dulu  dalam memajuakan peradaban Islam.Contohnya seperti melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri.Intinya menggunakan tiga metode yaitu kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.




4.      Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah
Kehancuran Dinasti Abbasiyah ini tidak terjadi dengan cara spontanitas, melainkan melalui proses yang panjang yang diawali oleh berbagai pemeberontakan dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan kholifah Abbasiyah. Disamping itu juga, kelemahan kedudukan kekholifahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, disebabkan oleh luasnya wilayah kekuasaan yang kurang terkendali, sehingga menimbulkan disintegrasi wilayah.Di antara kelemahan yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Mayoritas Kholifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya dan cenderung hidup mewah.
b. Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
c. Ketergantungan kepada tentara bayaran.
d. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagi bangsa Arab murni.
e. Permusuhan antara kelompok suku dan agama.
f. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
g. Penyerbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad
Menurut kami ummat Islam zaman sekarang harus juga belajar sejarah kemunduran perdaban Islam zaman dulu, agar sekalahan-kesalah itu tidak terulang kembali.Ummat Islam harus benar-benar selektip dalam memilah mana yang benar dan mana yang salah.


















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Berdasarkan pembahsan diatas, dapat disimpulkan bahwa Daulah Bani Abbasiyah
diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah.
2.      Terdapat perbedaan antara kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, diantaranya. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang dihasilkan pada dinasti ini. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
3.      Menurut Muradi (Tanpa tahun:58)
“Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada zaman ini, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiyah pada zaman ini terbagi di dalam tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.”
4. Penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Mayoritas Kholifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya dan cenderung hidup mewah.
b. Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
c. Ketergantungan kepada tentara bayaran.
d. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagi bangsa Arab murni.
e. Permusuhan antara kelompok suku dan agama.
f. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
g. Penyerbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad.
           

B.     SARAN
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengetahui dan memahami perkembangan islam khususnya pada masa Bani Abbasiyah.








DAFTAR PUSTAKA
Tristiono.2009. Daulah Bani Abbasyiah. [online]. Tersedia:   http://tristiono.wordpress.com/2009/03/16/daulah-bani-umayyah-dan-daulah-bani-abbasiyah/
A. Syalabi.2000. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3. Jakarta: Al-Husna Zikra.
Murodi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam MA. Semarang:Karya Toha Putra.
Umam, Chatibul.1995.  Sejarah Kebudayaan Islam MTs. Semarang:Menara Kudus
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah











1 komentar:

  1. Assalam , ijin copas ya, makalah ini sangat bermanfaat terutama untuk diri saya sendiri terimakasih

    BalasHapus