BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Islam adalah ajaran agama yang benar,
yang bersumber dari Allah swt. Agama ini adalah agama yang rahmatan lil’alamin, rahman bagi seluruh alam, dibawa oleh Nabi
yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi Muhammad saw. Sejak zaman Nabi sampai
sekarang islam telah menyebar ke seleluruh penjuru dunia. Islam mengalami
beberapa masa. Diantaranya: kejayaan, kemunduran dan berkembang kembali.
Pada masa-masa itu, Islam mengalami
beberapa periode, diantaranya: periode Nabi, periode para sahabat (Khulafaurrasidin),
periode Bani Ummayah dan periode Bani Abbasiyah. Mengenai periode-periode
tersebut, tidak sedikit ummat islamyang
berpengetahuan sedikit tentang hal itu. Mereka belum mengetahui dengan
jelas apa saja perbedaanya dan bagaimana sistem-sistem didalamnya.Apalagi
periode yang terakhir yaitu periode Bani Abbasiyah.
Maka dari itu, makalah tsaqafah
arabiah dengan judul “Bani Abbasiyah” ini dibuat dengan tujuan untuk memberi
pengetahuan dan pemahaman, khususnya perkembangan islam masa Bani Abbasiyah.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diats dapat dirumuskan beberapa masalah, diantarnya.
1. Bagaimana latar belakang pembangunan
Daulah Bani Abbasiyah?
2. Daerah mana sajakah yang termasuk dari
perkembangan masa Daulah Bani Abasiyah?
3. Bagaimana bentuk peradaban masa Daulah Bani
Abasiyah?
4. Apa saja penyebab kemunduran periode
Bani Abbasiyah?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, tujuan dibuatnya makalah ini, diantaranya.
1. Mengetahui latar belakang pembangaunan
masa Daulah Dinasti Bani Abbasiyah.
2. Mengetahui daerah mana sajakah yang
termasuk bagian dari perkembangan Daulah Bani Abbasiyah.
3. Mengetahui bentuk peradaban Daulah Bani
Abbasiyah.
4. Mengetahui penyebab kemunduran periode
Bani Abbasiyah.
D.
METODE PENELITIAN
Makalah ini dibuat dengan meenggunakan
metode literatur atau kajian pustaka yaitu dengan cara mencari referensi dari
buku-buku yang merujuk pada judul yang penulis bahas.
BAB II
ISI
A.
PENDESKRIPSIAN MASALAH
DAULAH BANI ABBASIYAH
1.
Pembangunan
Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari
nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah
Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan
sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 –
656 H / 750 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki
singgasana khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad.
(Tristiono:2009)
Tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah menurut
Umam (1995:39) adalah; Abul Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, Ibrahim
Al-Imam dan Abu Muslim Al-Khurasani. Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak
37 orang.Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq
Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan
pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim, islam mengalami
masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan
Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258M.
Berdasarkan
data yang diambil dari Wikipedia bahasa Indonesia-Terjemahan bebas (2012) kronologi
Kekhalifahan Bani Abbasiyyah sebagai berikut.
750 - Abu al-Abbas al-Saffah menjadi Khalifah
pertama Bani Abbasiyah.
752 - Bermulanya Kekhalifahan Bani
Abbasiyah.
755 - Pemberontakan Abdullah bin
Ali. Pembunuhan Abu Muslim.
756 - Abd ar-Rahman I mendirikan
kerajaan Bani Umayyah di Spanyol.
763
- Pembangunan kota Bagdad. Kekalahan tentara Abbasiyyah di Spanyol.
786 - Harun ar-Rasyid menjadi
Khalifah.
792 - Serangan ke utara Perancis.
800
- Kaidah keilmuan mulai terbentuk. Aljabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.
805 - Kampanye melawan Byzantium.
Merebut Pulau Rhodes dan Siprus.
809 - wafatnya Harun ar-Rasyid.
al-Amin dilantik menjadi khalifah.
814
- Perang saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun. al-Amin terbunuh dan al-Ma'mun
menjadi khalifah.
1000 - Masjid Besar Cordoba
dibangun.
1005 - Multan dan Ghur ditawan.
1055
- Baghdad dikuasai oleh tentara Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyah-Seljuk
dimulai sampai sekitar tahun 1258 ketika tentara Mongol menghancurkan Baghdad.
1071
- Peristiwa Manzikert. Sulthan Alp Arselan beserta pasukannya yang hanya
berjumlah 15.000 tentara berhasil mengalahkan gabungan tentara salib yang dipimpim
oleh Kaisar Romanus IV yang berjumlah 200.000 tentara.
1072 - Sulthan Alp Arselan berhasil menguasai Asia
Tengah (Anatolia). dan meneruskan kepungannya terhadap kerajaan Byzantium.
1085 - Tentara Kristen menawan
Toledo, Spanyol.
1091
- Bangsa Norman merebut Sisilia, pemerintahan Muslim di sanaberakhir.
1095 - Perang Salib pertama dimulai.
1099
- Tentara Salib merebut Baitulmuqaddis.Mereka membunuh semua penduduknya.
1144
- Nur al-Din merebut Edessa dari tentara Salib. Perang Salib Kedua dimulai.
1187
- Salahuddin Al-Ayubbi merebut Baitulmuqaddis dari tentara Salib.Perang Salib
Ketiga dimulai.
1194 - Tentara Muslim merebut Delhi,
India.
1236 - Tentara Salib merebut
Cordoba, Spanyol.
1258 - Tentara Mongol menyerang dan
memusnahkan Baghdad.Ribuan penduduk terbunuh. Kejatuhan Baghdad. Tamatnya
pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah di Baghdad.
2.
Peta
Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah
(Tristiono:2009) merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani Umayyah
yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara
kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah,
diantaranya.
a.
Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para
pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corakperadaban yang
dihasilkan pada dinasti ini.
b. Dinasti Abbasiyah, disamping
bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak
pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah,
luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang telah
dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman,
Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Tunisia,
Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas sampai ke Turki, Cina dan juga India. (Muradi, 2003:51)
3.
Bentuk-Bentuk
Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
Menurut Muradi (2003:58)
“Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah
merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada zaman ini, umat Islam telah banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan
karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh
para ahli. Kebangkitan ilmiyah pada zaman ini terbagi di dalam tiga lapangan,
yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.”
Setelah tercapai kemenangan di medan
perang, (Syalabi, 2000:186) tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada
anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu
pengetahuan untuk bergiat di lapangan masing-masing. Dengan demikian, muncullah
pada zaman itu sekelompok penyair-penyair handalan, filosof-filosof, ahli-ahli
sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang
memperkaya perbendaharaan bahasa Arab.
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam
pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut :
a. Kota-Kota Pusat Peradaban
Di antara kota pusat peradaban pada
masa dinasti Abbasiyah (Muradi, 2003:58) adalah Baghdad dan Samarra. Bahgdad
merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Ja’far
Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah
menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para
ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota
Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak + 60 km
dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh
seni bangunan Islam di kota-kota lain.
b. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M),
(Umam, 1995: 82) kekuasaan kholifah sebagai kepala negara sangat terasa sekali
dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan
negara.Sedangkan masa Abbasiyah II (847-946 M) kekuasaan kholifah sedikit menurun,
sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan negara.Dan
pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah menjadi
boneka saja, karena para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan diri
mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh.Dengan demikian, pemerintah
pusat tidak ada apa-apanya lagi.Dalam pembagian wilayah (propinsi),
pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya
bergelar Amir/ Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ;Imaraat
Al-Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaarat Al-Istilau.Kepala
wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/ al-Qura
dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh.Selain hal
tersebut di atas, Dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang
kuat di bawah panglima, sehingga kholifah tidak turun langsung dalam menangani
tentara.Kholifah juga membentuk Baitul Mal/ Departemen Keuangan untuk mengatur
keuangan negara khususnya.Di samping itu juga kholifah membentuk badan
peradilan, guna membantu kholifah dalam urusan hukum.
c. Bangunan Tempat Pendidikan dan
Peribadatan
Di antara bentuk bangunan yang
dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang terkenal
saat itu adalah Madrasah Nizamiyah, yang didirikan di Baghdad, Isfahan,
Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana
menteri pada tahun 456 – 486 H. Selain madrasah, terdapat juga Kuttab, sebagai
lembaga pendidikan dasar dan menengah, Majlis Muhadhoroh sebagai tempat
pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan.Di
samping itu, terdapat juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti
mesjid.Mesjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah
sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus.Di
antara mesjid-mesjid tersebut adalah mesjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan
lain sebagainya.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan (Muradi, 2003:59) pada
masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu ‘aqli.Ilmu naqli
terdiri dari Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf dan
Ilmu Bahasa. Adapaun ilmu ‘aqli seperti : Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan,
Ilmu Kimia, Ilmu Pasti, Logika, Filsafat dan Geografi.Berdasarkan data yang
diamabil dari Wikipedia bahasa Indonesia-terjemahan bebas (2012) dasar-dasar
pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas
as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada
tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M),
Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M),
al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).Pada masa al-Mahdi
perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui
irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan
besi.Selain itu, dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan
dan Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.Popularitas Daulah Abbasiyah
mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M)
dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M).Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun
al-Rasyid untuk keperluan sosial, mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter, dan farmasi.Pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang
dokter.Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun, kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya
sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.Al-Ma'mun, pengganti Harun
Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat.Pada
masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan
buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan
penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia
juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting
adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah
Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Al-Mu'tasim,
khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki
untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara
pengawal.Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan
perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah
terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit
profesional.Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbas menjadi sangat
kuat.Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik
yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari
luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan
intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di
Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran
keagamaan, semuanya dapat dipadamkan. (2012:Wikipedia)
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah
pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
daripada perluasan wilayah.Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani
Umayyah.Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol Dinasti Bani Abbas yang tak terdapat
di zaman Bani Umayyah.
1.
Dengan berpindahnya ibu kota ke
Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam.
Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam. Dalam
periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia
sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan
dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
2.
Dalam penyelenggaraan negara, pada
masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen.
Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
3.
Ketentaraan profesional baru
terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum ada tentara
khusus yang profesional.
Sebagaimana diuraikan di atas,
puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa
pemerintahan Bani Abbas.Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari
kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri.Sebagian di antaranya sudah dimulai
sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya di awal islam,
lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan
terdiri dari dua tingkat:
a. Maktab/Kuttab
dan mesjid, yaitu lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak mengenal
dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan, dan tempat para remaja belajar
dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqih dan bahasa.
b. Tingkat
pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama.
Pengajarannya berlangsung di mesjid-mesjid atau di rumah-rumah ulama yang
bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di
rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke rumah.
Lembaga-lembaga ini kemudian
berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan
dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas,
karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca,
menulis dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan
terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Hal ini sangat ditentukan
oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah
berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Disamping itu, kemajuan itu paling tidak juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
a. Terjadinya asimilasi antara
bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa
non-Arab banyak yang masuk Islam.Asimilasi berlangsung secara efektif dan
bernilai guna.Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam.Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat
di bidang pemerintahan.Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam
perkembangan ilmu filsafat dan sastra.Pengaruh India terlihat dalam bidang
kedokteran, ilmu matematika dan astronomi.Sedangkan pengaruh Yunani masuk
melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b. Gerakan terjemahan berlangsung
dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun
Ar-Rasyid.Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam
bidang astronomi dan manthiq.Fase kedua mulai berlangsung pada masa khalifah
al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam
bidang filsafat dan kedokteran.Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H,
terutama setelah adanya pembuatan kertas dan bidang-bidang ilmu yang
diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang
sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan
agama.Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran
pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil
interpretasi dari Nabi dan para sahabat.Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode
rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits
dan pendapat sahabat.Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan
Bani Abbas.Akan tetapi, jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi
(tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan
ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqih terutama dalam
ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat islam sangat mempengaruhi
perkembangan dua bidang ilmu tersebut.Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup
pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah Rahimahullah
(700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang
terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang
hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi.
Karena itu, madzhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada
hadits.Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat
di zaman Harun Ar-Rasyid.Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik
Rahimahullah (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat
Madinah. Pendapat dua tokoh madzhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i
Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibnu Hanbal Rahimahullah (780-855 M)
yang mengembalikan sistem madzhab dan pendapat akal semata kepada hadits Nabi
serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta
pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan
memurnikan ajaran Islam dari kebudayaan serta adat istiadat orang-orang
non-Arab. Disamping empat pendiri madzhab besar tersebut, pada masa
pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan pendapatnya
secara bebas dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya
tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
Aliran-aliran sesat yang sudah ada
pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun ada.Akan
tetapi, perkembangan pemikirannya masih terbatas.Teologi rasional Mu'tazilah
muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah.Namun, pemikiran-pemikirannya yang
lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani
Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang
membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam.Tokoh perumus pemikiran
Mu'tazilah yang terbesar adalah Abu al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan
al-Nazzam (185-221 H/801-835M).Asy'ariyah, aliran tradisional di bidang teologi
yang dicetuskan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa
Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani.Ini terjadi,
karena Al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlaku pula
dalam bidang sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani
Abbas.Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan
transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits bekerja.Pengaruh
gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama
di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan
astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali
menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus,
menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama
ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara
penyakit cacar dengan measles.Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak.Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn
Sina.Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran
darah pada manusia.Di antara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang
merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.Dalam bidang
optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama
Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim
cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti
kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal
nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan
tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat
tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi,
yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar.
Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang
sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara
karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.Tokoh-tokoh terkenal
dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
Rusyd.Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan,
etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles.Ibn Sina juga banyak
mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di antaranya ialah asy-Syifa'.
Ibnu Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh
di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut
dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami
peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan.Salah satu inovasi besar
pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang pengetahuan,
sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.Banyak golongan pemikir
lahir zaman ini, banyak di antara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim.Mereka
ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya
Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat
Kristen Eropa.Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani
yaitu Aristoteles terkenal di Eropa.Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan
penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius
Ptolemy.Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti
Al-Biruni dan sebagainya.Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang
pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak
ada tandingannya di kala itu.Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring
dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa
keemasan, kejayaan dan kegemilangan.Masa keemasan ini mencapai puncaknya
terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode
ini berakhir, peradaban Islam juga mengalami masa kemunduran. Wallahul
Musta’an.
4.
Kemunduran
Daulah Bani Abbasiyah
Kehancuran Dinasti Abbasiyah
(Tristiono:2009) tidak terjadi dengan cara spontanitas, melainkan melalui
proses yang panjang yang diawali oleh berbagai pemeberontakan dari kelompok
yang tidak senang terhadap kepemimpinan kholifah Abbasiyah. Disamping itu juga,
kelemahan kedudukan kekholifahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, disebabkan oleh
luasnya wilayah kekuasaan yang kurang terkendali, sehingga menimbulkan
disintegrasi wilayah.Di antara kelemahan yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah
adalah sebagai berikut.
a. Mayoritas Kholifah Abbasiyah
periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya dan cenderung hidup mewah.
b. Luasnya wilayah kekuasaan
Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
c. Ketergantungan kepada tentara
bayaran.
d. Semakin kuatnya pengaruh
keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagi bangsa Arab
murni.
e. Permusuhan antara kelompok suku
dan agama.
f. Perang Salib yang berlangsung
beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
g. Penyerbuan tentara Mongol di
bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad
B. PEMBAHASAN
1.
Pembangunan
Daulah Bani Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari
nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah
Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan
sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 –
656 H / 750 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki
singgasana khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad.
(Tristiono:2009)
Tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah menurut
Umam (1995:39) adalah; Abul Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, Ibrahim
Al-Imam dan Abu Muslim Al-Khurasani. Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak
37 orang.Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq
Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan
pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim, islam mengalami
masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan
Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258M.
Menurut kami Dinasti Bani Abbasyiah
ini adalah Dinasti yang paling berjasa diantara dua dinasti yaitu Dinasti Bani
Ummayah dan Abbasyiah dikarenakan Dinasti ini adalah Dinasti yang paling lama
memnduduki singgasana kekhilafahan Islamiah dan yang paling banyak juga
sumbangan-sumbangannya terhadap kemajuan agama Islam baik dari segi ilmu
pengetahuan maupun perluasan wilayah. Contohnya adalah ketika kekhilafahan
Ar-Rasyid. Khalifah ini sangat berperan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan
sehingga pada masa itu lahirlah parailmuan-ilmuan muslim yang jumlahnya banyak
sekali. Pada Dinasti ini juga mengalami zaman keemasan paling lama yaitu
sekitar seratus tahuanan yang dimulai padamasa pemerintahan Abul Abbas
As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah (132 – 232 H / 749 – 879 M).
2.
Peta
Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah
(Tristiono:2009) merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani Umayyah
yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara
kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah,
diantaranya.
a.
Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para
pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang
dihasilkan pada dinasti ini.
b. Dinasti Abbasiyah, disamping
bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak
pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah,
luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang telah
dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman,
Kuwait, Irak, Iran (Persia), Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Tunisia,
Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan, dan meluas sampai ke
Turki, Cina dan juga India. (Muradi, 2003:51)
Menurut kami perbedaan antara Bani
Ummayah dan Bani Abbasyiah itu sudah jelasa sekali seperti yang dikatakan
Tristiono diatas tadi. Kami juga sangat setuju kenapa dalam Bani Abbasyiah ini
tidak berorientasi kepada Arab murni dikarnakan pada masa itu agama Islam telah
menyebar luas ke bebagai Negara sehingga banyak sekali yang mempengaruhi kepada
pemerintahan Bani Abbasyiah ini.
3.
Bentuk-Bentuk Peradaban Islam Pada Masa Daulah
Abbasiyah
Menurut Muradi (2003:58)
“Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah
merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada zaman ini, umat Islam telah banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya
penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang
dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiah pada zaman ini terbagi di dalam
tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu
Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.”
Setelah tercapai kemenangan di medan
perang, (Syalabi, 2000:186) tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada anggota-anggota
pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk
bergiat di lapangan masing-masing. Dengan demikian, muncullah pada zaman itu
sekelompok penyair-penyair andalan, filosof-filosof, ahli-ahli sejarah,
ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang memperkaya
perbendaharaan bahasa Arab.
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam
pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut :
a. Kota-Kota Pusat Peradaban
Di antara kota pusat peradaban pada
masa dinasti Abbasiyah (Muradi, 2003:58) adalah Baghdad dan Samarra. Bahgdad
merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Ja’far
Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah
menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para
ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota
Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak + 60 km
dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh
seni bangunan Islam di kota-kota lain.
b. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M),
(Umam, 1995: 82) kekuasaan kholifah sebagai kepala negara sangat terasa sekali
dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan
negara.Sedangkan masa Abbasiyah II (847-946 M) kekuasaan kholifah sedikit
menurun, sebab Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan
negara.Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah
menjadi boneka saja, karena para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan
diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh.Dengan demikian,
pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.Dalam pembagian wilayah (propinsi),
pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya
bergelar Amir/ Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ;Imaraat
Al-Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaarat Al-Istilau.Kepala
wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/ al-Qura
dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh.Selain hal
tersebut di atas, Dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang
kuat di bawah panglima, sehingga kholifah tidak turun langsung dalam menangani
tentara.Kholifah juga membentuk Baitul Mal/ Departemen Keuangan untuk mengatur
keuangan negara khususnya.Di samping itu juga kholifah membentuk badan
peradilan, guna membantu kholifah dalam urusan hukum.
c. Bangunan Tempat Pendidikan dan
Peribadatan
Menurut Muradi (2003:59)
“Di antara bentuk bangunan yang
dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang terkenal
saat itu adalah Madrasah Nizamiyah, yang didirikan di Baghdad, Isfahan,
Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana
menteri pada tahun 456 – 486 H. Selain madrasah, terdapat juga Kuttab, sebagai
lembaga pendidikan dasar dan menengah, Majlis Muhadhoroh sebagai tempat
pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan. Di
samping itu, terdapat juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti
mesjid.Mesjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah
sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus.Di
antara mesjid-mesjid tersebut adalah mesjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan
lain sebagainya.”
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Menurut Umam (1995:96)
“Ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu ‘aqli. Ilmu naqli terdiri dari
Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Bahasa.
Adapaun ilmu ‘aqli seperti : Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan, Ilmu Kimia,
Ilmu Pasti, Logika, Filsafat dan Geografi.”
Berdasarkan data yang diamabil dari
Wikipedia bahasa Indonesia-terjemahan bebas (2012) dasar-dasar pemerintahan Daulah
Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur,
maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya,
yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M),
al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan
al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat
dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.Selain itu, dagang transit
antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan dan Bashrah menjadi
pelabuhan yang penting.Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun
(813-833 M).Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan
sosial, mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi.Pada
masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.Disamping itu,
pemandian-pemandian umum juga dibangun, kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada
zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai
negara terkuat dan tak tertandingi.Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid,
dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat.Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan
buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut
agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga
banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya
(833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam
pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.Tidak seperti
pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem
ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti.
Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional.Dengan
demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.Walaupun
demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang
mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern
Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia,
gerakan Syi'ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan,
semuanya dapat dipadamkan.
Menurut kami ummat Islam itu harus
dan penting sekali belajar sejarah perkembangan Islam dulu, karna sangat
disayangkan sekali jika seseorang mengaku Islam tapi justru tidak mengetahui
dan tidak mau belajar dari sejarah Islam sendiri.Islam pernah mengalami masa
keemasan yang sangat lama sekali. Ketika di Negara-negara lain masih gelap
gulita dengan kejahiliahannya justru pada masa itu ummat Islam terang benderang
dengan kemajuanya disegala bidang. Banyak sekali bukti-bukti yang menunjukan
bahwa orang-orang barat yang sekarang dikatakan maju justru mencontek dan
mencuri hasil karya orang Islam dulu. Contohnya, yang pernah kami baca dalam
bukukarangan Salim A. Fillah yang berjudul Gue Never Die kebanyakan kita
mengetahui bahwa orang yang pertama kali mengemukakakn ‘manusia dalam penerbangan’
adalah Roger Bacon, filsuf Inggris yang menggambar peralatan terbang pada abad
VIII. Leonardo Da Vinci, seorang Italian, kemudian mengkonsep alat transportasi
udara dan menggambar beberapa prototype ‘mesin terbang’. Padahal yang
sebenarnya mengenai hal ini adalah banwa Ibnu Firnas lah, seorang mislim
Andalusia (Spanyol) yang telah mendesain, mengkonstruksi, dan menguji mesin
terbang pada tahun 800 M. Roger Bacon belajar dari karya Ibnu Firnas tentang
mendesain mesin terbangan yang berbahasa
Arab. Bacon menggambar mesinya 500 tahun setelah wafatnya Ibnu Firnas, dan Da
Vinci menggambar ‘heli bertenaga manusia’ 700 tahun kemudian. Contoh yang
kedua, kebanyakan kita mengetahui bahwa studi Sir Isaac Newton, tentang lensa,
cahaya, dan prisma pada abad XVII, adalah pondasi bagi ilmu optika modern,
padahal yang sebenarnya pada abad XI, Ibnu Haitsam telah merumusakan semua hal
yang diselidiki Newton. Fisikawan muslim ini telah mendobrak pandangan lama
dari Aristoteles bahwa kita bisa melihat karena ada cahaya yang keluar dari
mata kita.
Selain kedua contoh diatas banyak
lagi contoh yang lain yang tidak dapat kami tulis semua dalam makalah ini.
Mudah-mudahan dengan kedua contoh tersebut sudah terwakili bahwa ummat Islam
itu pernah Berjaya dan mempunyai peradaban yang sangat tinggi. Dan sekarang
ketika ummat Islam mengalami
keterbelakangan harus belajar kepada sejarah, harus juaga mencontoh
metode-metode ummat Islam zaman dulu dalam
memajuakan peradaban Islam.Contohnya seperti melakukan kajian kritis terhadap
ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan
juga melakukan riset tersendiri.Intinya menggunakan tiga metode yaitu kegiatan
menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari
bahasa asing.
4.
Kemunduran
Daulah Bani Abbasiyah
Kehancuran Dinasti Abbasiyah ini
tidak terjadi dengan cara spontanitas, melainkan melalui proses yang panjang
yang diawali oleh berbagai pemeberontakan dari kelompok yang tidak senang
terhadap kepemimpinan kholifah Abbasiyah. Disamping itu juga, kelemahan
kedudukan kekholifahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, disebabkan oleh luasnya
wilayah kekuasaan yang kurang terkendali, sehingga menimbulkan disintegrasi
wilayah.Di antara kelemahan yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah
sebagai berikut.
a. Mayoritas Kholifah Abbasiyah
periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya dan cenderung hidup mewah.
b. Luasnya wilayah kekuasaan
Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
c. Ketergantungan kepada tentara
bayaran.
d. Semakin kuatnya pengaruh
keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagi bangsa Arab
murni.
e. Permusuhan antara kelompok suku
dan agama.
f. Perang Salib yang berlangsung
beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
g. Penyerbuan tentara Mongol di
bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad
Menurut kami ummat Islam zaman
sekarang harus juga belajar sejarah kemunduran perdaban Islam zaman dulu, agar
sekalahan-kesalah itu tidak terulang kembali.Ummat Islam harus benar-benar
selektip dalam memilah mana yang benar dan mana yang salah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan pembahsan diatas, dapat
disimpulkan bahwa Daulah Bani Abbasiyah
diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul
Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali
bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas
As-Saffah.
2. Terdapat perbedaan antara kekuasaan
dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, diantaranya.
Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para
pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang
dihasilkan pada dinasti ini. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni,
juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban
Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
3. Menurut Muradi (Tanpa tahun:58)
“Masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai
bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada zaman ini,
umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan,
yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan
riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiyah pada zaman
ini terbagi di dalam tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah,
mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.”
4. Penyebab
kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Mayoritas
Kholifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya dan
cenderung hidup mewah.
b. Luasnya
wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan.
c.
Ketergantungan kepada tentara bayaran.
d. Semakin
kuatnya pengaruh keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagi
bangsa Arab murni.
e. Permusuhan
antara kelompok suku dan agama.
f. Perang Salib
yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
g. Penyerbuan
tentara Mongol di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan
kota Baghdad.
B.
SARAN
Penulis
mengharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengetahui dan memahami
perkembangan islam khususnya pada masa Bani Abbasiyah.
Tristiono.2009. Daulah Bani Abbasyiah. [online].
Tersedia: http://tristiono.wordpress.com/2009/03/16/daulah-bani-umayyah-dan-daulah-bani-abbasiyah/
A. Syalabi.2000.
Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3.
Jakarta: Al-Husna Zikra.
Murodi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam MA.
Semarang:Karya Toha Putra.
Umam, Chatibul.1995.
Sejarah Kebudayaan Islam MTs.
Semarang:Menara Kudus
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah
Assalam , ijin copas ya, makalah ini sangat bermanfaat terutama untuk diri saya sendiri terimakasih
BalasHapus